Pahami Sakit Kepala Salah Satu Tanda Atau Gejala Stroke

Jangan Sepelekan Sakit Kepala Anda

Di Indonesia, dari survey ASNA tahun 1995 di 28 rumah sakit tentang stroke diperoleh data, jumlah pasien stroke usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan yang berusia dibawah 45 tahun sudah mencapai 11,8%. Sedangkan yang mengalami stroke perdarahan atau PSA di bawah usia 45 tahun bahkan sudah mencapai 13,2 %.

Waspadai jika Anda merasa pusing mendadak dan sangat hebat, Jangan anggap sepele, sebab siapa tahu itu adalah gejala dari penyakit stroke tipe Perdarahan Sub-Arakhnoid (PSA), pendarahan yang bermula di bawah selaput jala otak. Pendarahan ini disebabkan karena pecahnya gelembung kecil pada dinding pembuluh darah. Ini biasa disebut ruptur aneurisma.

Prof. Dr.Abdul Hafid Bajamal,dr.Sp.BS, Guru Besar Unair dalam bidang Ilmu Bedah Saraf yang akan dikukuhkan Sabtu (16/1) di Gedung Rektorat Unair, mengatakan penyakit akibat aneurisma ini sangat berbahaya. Sebab resiko kecacatan dan kematiannya sangat tinggi. “Jika gelembung kecil di pembuluh darah otak itu sampai pecah resikonya pasien akan menderita kelumpuhan seumur hidup bahkan kematian,”ujarnya saat jumpa pers pengukuhannya.

Pecah Pembuluh Darah

Apalagi aneurisma ini tidak ditandai oleh gejala spesifik jika tidak pecah. Jika gelembung kecil itu tidak pecah, atau hanya merembes saja, gejalanya pun mungkin sekedar pusing atau migrain yang berulang. Maka jika ada seseorang terkena pusing yang sangat hebat dan mendadak, dokter harus menganggap 90 % itu disebabkan karena aneurisma.

Menurut Prof. Hafid, sampai saat ini stroke memang masih menjadi problema di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan keganasan. Pada survey dunia tahun 1990, stroke telah menyebabkan 4,4 juta kematian, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Angka prevalensi kecacatan akibat stroke mencapai lebih dari 0,6 % dari jumlah populasi dunia. Di Indonesia, dari survey ASNA tahun 1995 di 28 rumah sakit tentang stroke diperoleh data, jumlah pasien stroke usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan yang berusia dibawah 45 tahun sudah mencapai 11,8%. Sedangkan yang mengalami stroke perdarahan atau PSA di bawah usia 45 tahun bahkan sudah mencapai 13,2 %.

Penyakit Stroke Di Surabaya

Di Surabaya, pasien yang menderita PSA atau stroke akibat perdarahan dari tahun 2008 hingga 2009 masih terdiagnosis sebanyak 37 kasus. “Padahal ini ibarat fenomena gunung es, bila disesuaikan dengan angka kejadian menurut kepustakaan dan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 230 juta, seharusnya kurang lebih 20 ribu kasus per tahun untuk skala nasional. Sedangkan di Surabaya seharusnya ditemukan 300 kasus per tahun,”jelas Prof. Hafid.

Dari lima jenis stroke yang ada, seperti stroke tipe iskemik, perdarahan intraserebral, pendarahan sub-arakhnoid aneurisma, tipe vena dan tipe spinalsord, jumlah penderita stroke terbanyak memang didominasi oleh tipe iskemik, mencapai 70 %. Namun dari sisi resiko kecacatan dan kematian, PSA memang beresiko tinggi. Angka kematian PSA ini sangat tinggi, yaitu sampai hari ke 28 sesudah serangan mencapai 41,7%. Dari angka ini, 37% meninggal dalam 24 jam setelah serangan, 60 % meninggal dalam 48 jam dan 75 % meninggal dalam 1 minggu. PSA ini paling rentan menyerang usia 30-50 tahun, sebab di usia tersebut pembuluh darah besarnya sudah rapuh sehingga gampang melemah.

Pencegahan Stroke

Lalu bagaimana upaya pencegahannya mengingat PSA ini tidak diikuti dengan gejala yang spesifik? Prof.Hafid mengatakan orang-orang dengan penyakit hipertensi harus waspada dengan ancaman aneurisma ini. Jika mengalami nyeri ‘peringatan’ berupa pusing hebat dan mendadak, pasien harus segera ke dokter, jangan sembarang minum obat. “Di luar negeri, penggunaan obat-obat pusing sangat dibatasi. Jangan disepelekan pusing yang menyerang, apalagi ditambah dengan mual, muntah, photophobia dan nyeri leher. Meski fungsi motorik lainnya tidak ada masalah,”ungkapnya.

Selain itu jika ada salah satu anggota keluarga yang pernah mengalami aneurisma, sebaiknya juga waspada karena penyakit ini bersifat genetik atau menurun. “Evaluasi awal yang murah dan sensitive adalah CT scan kepala. Jika ditemukan bukti pendarahan maka harus dilanjutkan untuk mencari sumber pendarahan atau aneurisma dengan melakukan MRI angiografi,”imbuh profesor kelahiran Donggala ini.

Di kutip dari http://www.unair.ac.id/ - 21 January 2010